Kita adalah kanvas kosong, kemudian Tuhan memberikan kuas pada kita sebagai pelukisnya tentunya dengan pelukis utamanya adalah Tuhan itu sendiri. Ia seolah membebaskan kita menggoreskan pengalaman setiap pengalaman dalam kanvas yang Tuhan sediakan. Beberapa goresan terkadang adalah hasil dari sebuah kesalahan, namun dari kesalahan tersebut kita bisa memperbaikinya entah akan menjadi lebih indah atau malah memperburuk? Ya, itu tergantung bagaimana kita mengambil langkah. Kadang kita butuh bantuan pada seseorang yang lebih ahli untuk memperbaiki goresan yang merusak tapi terkadang malah memperburuk atau malah memperindah. Yang terpenting yang paling utama, hati-hati mengambil langkah dalam menggoreskan pengalaman pada kanvas hidup kita. Kita tahu konsekuensi, entah menjadi memperburuk atau memperindah. Hati-hati saja.
Kita juga dihadapkan pada pilihan perihal warna-warna, entah warna apa yang sebenarnya yang pas untuk hidup kita bukan hanya perihal warna hitam dan putih, terkadang kita membutuhkan kolaborasi dengan warna-warna lainnya agar tampak lebih berwarna. Kalau tidak cocok dengan warna tersebut tinggal menggantinya dengan warna lain atau dengan menambahkan warna lain. Hati-hati lagi, sebab setiap warna belum tentu cocok untuk kita apalagi dikolaborasikan. Inilah pentingnya peran bereksplorasi, tanpa mengeksplorasi kita tidak tahu warna apa yang pantas untuk kita gunakan untuk mewarnai hidup kita seutuhnya.
Namun, pada akhirnya kita adalah karya Tuhan yang masterpiece, melalui goresan-goresan pengalaman yang kita ciptakan dan melalui warna-warna hidup yang kita gunakan dalam kanvas hidup kita yang membentuk kita menjadi karya Tuhan yang masterpiece, yaitu menjadi manusia.