Tanpa disadari, yang disebut 'keadilan' adalah hasil dari peraturan yang dibuat tanpa mempertimbangkan keadaan. Seolah keadilan dikendalikan tanpa mempertimbangkan keadaan. Kenyataannya, tidak semua manusia mendapatkan keadilan. Di dunia ini memang tidak ada keadilan yang murni, bahkan keadilan hanya untuk manusia yang berada dikeadaan tinggi.
Aku menganggap bahwa di dunia ini seperti penjara, tidak bisa bebas untuk melakukan apa saja (dalam konteks kemanusiaan). Hanya dipaksa patuh pada peraturan yang buta arah dan dipaksa tunduk pada peraturan yang sudah dibentuk. Memang, adanya peraturan agar kita searah, tapi bagaimana jika peraturan tersebut tidak searah dengan kita dan hanya mementingkan yang searah? Mungkin yang seharusnya dilakukan adalah melakukan pengaturan sesuai dengan keadaan. Hmm, entahlah, tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Seolah mata dipaksa buta, mulut dipaksa rapat, telinga dipaksa menerima kata-kata begitu saja, kaki dipaksa mengikuti, tangan dipaksa bersalaman, langkah dipaksa searah, gerak dianggap berontak, dan seolah tubuh dipaksa lumpuh. Sekarang, nikmati saja keadaan ini. Selanjutnya, kita akan mendapatkan keadilan yang sebenarnya, nanti, suatu hari nanti, ketika kita sudah mati.
Jadi, simpulan dari tulisan ini adalah bahwa keadilan adalah sesuatu yang akan didapatkan ketika sudah mati atau setelah mengalami kematian.
Sudah ah, aku menulis ini karena melihat dan merasakan ketidakadilan yang seharusnya tidak didapatkan, jika tidak sependapat tidak apa-apa, karena pendapat tidak selalu sama dan manusia tidak suka disamakan, bukan? Sekian, terima keadaan.