Sunday, July 19, 2020

Puisi Aku Siapa

Aku Siapa

"Siapa aku?" Aku bertanya dalam kesunyian malam
"Aku adalah aku, hanya ada satu di dunia ini" kataku membalas
Sisi lainku menjawab, "aku seseorang yang mencintainya, namun semesta ragu membuatnya bersamaku"
"Karena ia ragu" balasku yang lain
Kemudian sisiku yang lain, "aku siapa?"
"Bukan siapa-siapanya" jelasku
Merenung, meresapi kenyataan, "aku siapa dan untuk siapa aku?"

Monday, March 16, 2020

Apa itu Keadilan?

Tanpa disadari, yang disebut 'keadilan' adalah hasil dari peraturan yang dibuat tanpa mempertimbangkan keadaan. Seolah keadilan dikendalikan tanpa mempertimbangkan keadaan. Kenyataannya, tidak semua manusia mendapatkan keadilan. Di dunia ini memang tidak ada keadilan yang murni, bahkan keadilan hanya untuk manusia yang berada dikeadaan tinggi.

Aku menganggap bahwa di dunia ini seperti penjara, tidak bisa bebas untuk melakukan apa saja (dalam konteks kemanusiaan). Hanya dipaksa patuh pada peraturan yang buta arah dan dipaksa tunduk pada peraturan yang sudah dibentuk. Memang, adanya peraturan agar kita searah, tapi bagaimana jika peraturan tersebut tidak searah dengan kita dan hanya mementingkan yang searah? Mungkin yang seharusnya dilakukan adalah melakukan pengaturan sesuai dengan keadaan. Hmm, entahlah, tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Seolah mata dipaksa buta, mulut dipaksa rapat, telinga dipaksa menerima kata-kata begitu saja, kaki dipaksa mengikuti, tangan dipaksa bersalaman, langkah dipaksa searah, gerak dianggap berontak, dan seolah tubuh dipaksa lumpuh. Sekarang, nikmati saja keadaan ini. Selanjutnya, kita akan mendapatkan keadilan yang sebenarnya, nanti, suatu hari nanti, ketika kita sudah mati.

Jadi, simpulan dari tulisan ini adalah bahwa keadilan adalah sesuatu yang akan didapatkan ketika sudah mati atau setelah mengalami kematian.

Sudah ah, aku menulis ini karena melihat dan merasakan ketidakadilan yang seharusnya tidak didapatkan, jika tidak sependapat tidak apa-apa, karena pendapat tidak selalu sama dan manusia tidak suka disamakan, bukan? Sekian, terima keadaan.

Saturday, February 22, 2020

Semoga Bahagia di Jalanmu


Kamu boleh pergi ke lain hati, tapi jangan biarkan hatimu patah hati. Aku tidak mau bahwa alasan patah hatimu bukan karena aku. Cukup aku saja yang menjadi alasannya, selebihnya kamu harus bahagia meski tanpaku.

Biarkan aku menjadi penyebab dirimu patah, aku tidak apa-apa asalkan akibatnya dirimu menjadi bahagia dan hidupmu menjadi mudah. Biarkan aku yang menanggung derita, asalkan kamu tidak menderita.

Aku ingin kamu bebas memilih jalanmu sendiri, meski bukan aku yang akan menemani. Aku akan menjelma menjadi doa-doa yang mengiringi dirimu menuju tempat yang kamu mau.

Kamu memang yang membuatku jatuh tanpa membangunkanku. Aku sadar, kamu tidak akan sadar. Lagi pula aku bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa, meski aku tidak menjamin bahwa mataku tidak akan berbicara. Mataku sulit diajak bekerja sama. Tolong, jangan tatap mataku! Jika kamu hanya ingin sekadar tahu. Kamu pasti tahu maksudku.

Detik ini, aku masih memiliki rasa untukmu. Tapi sepertinya, kamu tidak peduli atau kamu peduli tapi dengan caramu yang memilih pergi. Jika peduli, aku berpendapat bahwa tidak akan mungkin pergi meskipun risiko sangat tinggi.

Andai saja Tuhan menghendaki apa yang aku mau, ah sudahlah. Aku yakin, rencana Tuhan adalah yang terbaik untukku. Tuhan, tolong biarkan hatiku lapang menerima takdir yang Engkau karang.

Aku ikhlas untuk melepas, jika itu adalah hal yang pantas. Pergilah yang jauh perasaan yang tidak mau menyerah, aku sudah pasrah. Rela tidak rela, bukankah ini sudah seharusnya?

Twitter @Danisyair

Sunday, February 16, 2020

Sebuah Pelindung dan Pembatas


Tanpa disadari mungkin aku sudah di luar batas pemikiran orang lain. Mungkin orang tidak menyadari atau menyadari tapi tidak peduli. Setidaknya aku tidak menggangu, jika terganggu aku tidak bermaksud seperti itu.

Aku merasa diriku di luar batas pemikiran orang lain, di luar ekspektasi. Tapi, tidak mudah untuk terlihat. Mungkin ada yang melihat dan mengetahui, karena berada di jalan yang sama. Namun, ia tidak menunjukkan diri.

Kita terlahir dengan batas-batas, ada yang menganggap itu adalah pelindung, ada yang menganggap bahwa jika bertindak di luar batas adalah melakukan hal yang tidak pantas, dan ada yang menganggap itu adalah sebuah penjara yang membuat lara. Entah aku menganggap apa?

Sebenarnya aku ingin bertindak di luar batas pemikiran orang lain dan terlihat (olehmu), aku ingin menemuimu dan mengatakan apa yang ingin kukatakan pada dunia. Aku ingin menjalani kehidupan dengan kebahagiaan, meski penuh lika-liku asalkan bersamamu. Aku ingin tumbuh bersamamu, kau menjadi pelindung begitu juga aku, kau menjadi penenang begitu juga aku, dan kau menjadi segalanya begitu juga aku. Aku ingin menjadi manusia yang sebenarnya bukan seharusnya.

Aku yakin bahwa kamu tidak akan pernah menemuiku. Aku yakin kepada ketidakpastian itu, karena keyakinan dalam diriku membuat yakin bahwa kamu tidak akan bertindak di luar batas karena kamu takut melakukan hal yang tidak pantas. Begitu juga aku. Padahal itu semua tergantung pada apa yang kita pikirkan dan yakini. Aku yakin Tuhan mengetahui dan memahami. Ia adalah Maha dari segalanya, Ia adil dan bijaksana. Sungguh, aku penasaran dikehidupan selanjutnya itu bagaimana dan seperti apa?