Kamu boleh pergi ke lain hati, tapi jangan biarkan hatimu patah hati. Aku tidak mau bahwa alasan patah hatimu bukan karena aku. Cukup aku saja yang menjadi alasannya, selebihnya kamu harus bahagia meski tanpaku.
Biarkan aku menjadi penyebab dirimu patah, aku tidak apa-apa asalkan akibatnya dirimu menjadi bahagia dan hidupmu menjadi mudah. Biarkan aku yang menanggung derita, asalkan kamu tidak menderita.
Aku ingin kamu bebas memilih jalanmu sendiri, meski bukan aku yang akan menemani. Aku akan menjelma menjadi doa-doa yang mengiringi dirimu menuju tempat yang kamu mau.
Kamu memang yang membuatku jatuh tanpa membangunkanku. Aku sadar, kamu tidak akan sadar. Lagi pula aku bisa berpura-pura tidak terjadi apa-apa, meski aku tidak menjamin bahwa mataku tidak akan berbicara. Mataku sulit diajak bekerja sama. Tolong, jangan tatap mataku! Jika kamu hanya ingin sekadar tahu. Kamu pasti tahu maksudku.
Detik ini, aku masih memiliki rasa untukmu. Tapi sepertinya, kamu tidak peduli atau kamu peduli tapi dengan caramu yang memilih pergi. Jika peduli, aku berpendapat bahwa tidak akan mungkin pergi meskipun risiko sangat tinggi.
Andai saja Tuhan menghendaki apa yang aku mau, ah sudahlah. Aku yakin, rencana Tuhan adalah yang terbaik untukku. Tuhan, tolong biarkan hatiku lapang menerima takdir yang Engkau karang.
Aku ikhlas untuk melepas, jika itu adalah hal yang pantas. Pergilah yang jauh perasaan yang tidak mau menyerah, aku sudah pasrah. Rela tidak rela, bukankah ini sudah seharusnya?
Twitter @Danisyair